Kembali kepada Al-Qur’an

Keterpurukan yang dialami kaum muslimin
saat ini, bukan disebabkan besamya
kekuatan musuh. Tapi, lantaran lemahnya
kaum muslimin. Dan, kelemahan itu
disebabkan oleh
jauhnya mereka dari kitab Allah.

Matahari barn saja terbenam. Surau itu hanya diterangi cahaya temaram lampu petromak. Cat dindingnya sebagian sudah mengelupas. Puluhan anak duduk rapi beralaskan tikar. Mereka membentuk lingkaran mengelilingi se¬orang laki-laki setengah tua berpeci putih yang menggenggam rotan. Suara mereka terdengar sampai keluar surau, menggema bagai dengung ribuan tawon. Sesekali terdengar pecutan rotan di¬pukulkan ke lantai, dan suara gaungan anak-anak pun mereda. Laki-laki setengah tua itu kembali me¬lanjutkan pekerjaannya, mengajari anak-anak membaca al-Qur'an.
Peristiwa itu terjadi dua puluh tahunan silam. Di sebuah perkampungan kecil, di pinggir sungai Ogan kawasan pulau Sumatera bagian Selatan. Waktu telah bergulir mengubah segalanya. Anak¬anak itu yang dulu selepas maghrib duduk menge¬lilingi seorang ustadz, kini duduk di depan sebuah kotak ajaib yang bisa mengeluarkan suara dan me¬nampilkan gambar. Suara mereka menggaung ke¬ras. Bukan membaca al-Qur'an, tapi berteriak karena jagoan yang mereka tonton menang.
Begitulah. Waktu telah mengubah segalanya. AI-Qur'an talk lagi diminati untuk dibaca, apalagi dijadikan tuntunan hidup. Al-Qur'an sekadar dibaca kala bulan Ramadhan tiba atau saat ada yang meninggal dunia. Setelah itu, mushaf al-Qur'an ditinggalkan di sudut ruangan berbalut debu, atau menjadi hiasan lemari berbaur dengan tumpukan buku buku lainnya.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumf. Dia menurunkan atu¬ran yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Dengan kata lain, manusia yang hidup bukan dengan aturan yang telah ditentukan Allah, tidak akan mendapatkan 'keberhasilan' dengan makna yang sebenarnya. Dalam al-Qur'an surah al-Maidah ayat 44, 45 dan 47, Allah menyebutkan, bahwa me¬reka yang tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Allah, termasuk orang-orang yang kafir. zalim, dan fasik.
Mengingat kondisi umat yang jauh dari al-Qur¬an, sebaiknya kita semua berkaca. Sering terlontar keluhan, mengapa umat Islam saat ini senantiasa mengalami nasib dan situasi yang mengenaskan. Juga larut dalam kegelapan dan ketidakberdayaan. Keterbelakangan dan keterpurukan itu bukan saja disebabkan gencarnya musuh-musuh Allah dalam menghancurkan kaum muslimin. Tapi, lebih dise¬babkan lemahnya umat Islam karena menjauh dari inti ajaran Islam, yaitu al-Qur'an. Inilah yang sebe¬narnya diinginkan oleh orang-orang kafir. Mereka¬tidak akan pernah berhasil menaklukkan kaum muslimin yang berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Sunnah. Rasulullah saw bersabda, "Aku ting¬galkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat jika (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku," (HR Malik, al-Muwaththa'1594).
Dengan kata lain, kaum muslimin mengalami keterpurukan dan kesesatan karena tidak lagi ber¬pegang teguh kepada al-Qur'an dan Sunnah. Umat Islam, disadari atau tidak, telah melakukan berbagai penyimpangan, dengan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan dan menganggap kebudayaan 'mo¬dern' sebagai aturan. Tidak mau lagi diatur oleh ajaran agama yang jelas-jelas diturunkan Allah.
Untuk bangkit dari segala keterpurukan itu, ka¬um muslimin harus mengamalkan apa yang di¬sampaikan Rasulullah saw, yaitu berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Kembali kepada al-Qur'an mempunyai makna yang sangat lugs. Tugas kaum muslimin terhadap al-Qur'an talk hanya sekadar membaca, tapi juga menghafal, me¬mahami, dan mengamalkan apa yang ada di da¬lamnya. Dan, awal dari segala semua langkah itu adalah mempelajari al-Qur'an. Rasulullah saw ber¬sabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mem-pelajari al-Qur'an dan mengajarkannya," (HR Bukhari).
Berbagai aktivitas pengajaran al-Qur'an yang akhir-akhir ini mulai menjamur, harus mendapat dukungan dari berbagai kalangan, di samping perlu beberapa pembenahan. Pengajaran al-Qur'an bagi anak-anak, balk di sekolah maupun di Taman Pen¬didikan al-Qur'an harus lebih greget dan mempu¬nyai target yang cukup tinggi. Tak hanya sekadar mampu membaca dan hafal beberapa surah pen¬dek saja. Namun, harus ada tindak lanjut yang lebih jauh dan berkesinambungan.
Menjadikan anak-anak mampu membaca al¬Qur'an adalah tugas setiap orang tua. Talk ada ke¬bahagiaan yang lebih tinggi selain mempunyai ge
nerasi muds yang mampu membaca al-Qur'an. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw memberikan perumpamaan, "Mukmin yang membaca al-Qur'an seperti bunga utrujah, baunya harum dan rasanya lezat. Mukmin yang tidak suka membaca al-Qur'an seperti buah kurma, baunya tidak harum, tapi rasa¬nya manic. Munafik yang membaca al-Qur'an se¬perti sekuntum bunga yang harum baunya, tapi pahit rasanya. Munafik yang tidak membaca al-Qur'an ibarat buah hanzalah, tidak harum baunya dan pahit sekali rasanya," (HR Bukhari Muslim).
Allah SWT menjanjikan pahala berlipat bagi me¬reka yang rajin membaca al-Qur'an. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw menyatakan, "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur'an, baginya satu kebaikan. Dan kebaikan dibalas dengan se¬puluh kebaikan. Says tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf. Tapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf," (HR Tirmidzi). Mempelajari dan membadanya tak hanya terbatas pads orang¬orang tertentu saja. Setiap mukmin berhak meraih pahalanya. Sangat tidak adil jika pahala membaca al-Qur'an didominasi oleh pars ustadz, anak-anak, atau guru agama saja. Kaum muslimin yang be¬
kerja di berbagai instansi pun berhak meraih pahala ini. Karenanya, membawa mushaf saku dan mem¬badanya di tengah jeda istirahat jam kerja, selepas shalat, atau di dalam kendaraan merupakan tradisi yang harus digalakkan. Sehingga, membaca al-Qur'an tak sekadar pads momen tertentu saja, tapi setiap saat dan sesering mungkin. Sangat ironic, manakala al-Qur'an yang merupakan undang-un¬dang hidup kaum muslimin dibaca pads bulan Ra¬madhan saja, ketika ads yang meninggal dunia, atau pads malam-malam tertentu.
Karenanya, setiap mukmin hendaknya senan¬tiasa menyinari rumahnya dengan bacaan al-Qur'an. Rasulullah saw bersabda, "Sinarilah ru¬mahmu dengan shalat dan membaca al-Qur'an," (HR Baihaqi). Kemudian, memahami dan menga¬malkan isinya. Jika saja hal ini terwujud, kits boleh berharap kedengkian, haws kekuasaan, dan ambisi mengejar kekayaan dunia, tak lagi bercokol di hati umat Islam. Yang bersemi adalah kedamaian, cinta kasih, dan jalinan ukhuwah yang erat. Inilah yang akan mengantarkan kaum muslimin bangkit dari keterpurukan. Amin.
Oleh : Hepi Andi
Sabili No. 21 Th.. IX 18 April 2002 / 5 Shafar 1423

Adab Bersama Al-Qur'an
1. Menggosok gigi dengan siwak atau yang lainnya sebelum membaca al-Qur'an
2. Membadanya di tempat yang bersih dan suci.
3. Berta'awwudz sebelum membadanya (QS an-Nahl., 98).
4. Membaca basmalah di setiap awal surah kecuali surah at-Taubah
5. Khusyu' dan merenungi ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca (QS Muhammad:24, Shad.-29).
6. Membacanya dengan tartil (sesuai dengan 13, hukum-hukum tajwid) (QS al-Muzammil: 4).
7. At-Taghanni (melagukan) dan membagus¬kan suara ketika membacanya. Rasulullah 14. saw bersabda, "Bukan termasuk golongan kami prang yang tidak melagukan al-Qur'an," 15. (HR Bukharl).
8. Tidak terburu-buru ketika membaca al-Qur'an (HR Bukhari)
9. Hendaknya membaca al-Qur'an dengan tarassul (lambat dan memanjangkan bacaan) (HR Bukhari)
10. Berdo'a ketika membaca ayat-ayat rahmat dan ayat-ayat adzab (HR Bukhari Muslim)
11. Menangis, bersedih dan meresapi ayat-ayat al-Qur'an (QS al-Maidah: 83, al-Isra'.- 107- 109).
12. Melakukan sujud tilawah ketika bertemu dengan ayat sajdah (HR Bukhari).
13. Tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan ketika membadanya (QS al-Isra':110) (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai).
14. Tidak tertawa, ribut atau sambil ngobrol ketika membaca al-Our'an (Qs.Al-A'raf.-204).
15. Jika memakai salah satu qiraah, hendaknya tetap menggunakannya hingga selesai dalam satu majlis
16. Memperbanyak membaca al-Qur'an dan mengkhatamkannya (HR Bukhari Muslim)