Kebersihan, dari Lingkungan Turun ke Hati

Seharusnya kebersihan tak hanya slogan.
Tapt, menjadi sikap dan kepribadian
masyarakat Kebersihan lingkungan akan
melahirkan kesucian hati.


Dalam suatu kesempatan, Umar bin Khathab berbicara di hadapan pars saha¬batnya, "Seandainya ada daun segar dan masih hijau jatuh di bumf Irak, sayalah orang yang pa¬ling bertanggung jawab terhadap Allah."
Ungkapan khalifah kedua pengganti Abu Bakar Shiddiq itu menunjukkan betapa besar perhatiannya terhadap apa yang menjadi tang¬gung jawabnya. Bukan hanya rakyat, tapi juga alam termasuk selembar daun sekalipun. la tidak rela kalau ada daun yang masih hijau dan segar kok bisa jatuh begitu saja. Pasti ada yang tidak beres!
Subhanallah! Betapa besar perhatian Umar terhadap alam. Sebuah sikap yang seharusnya menjadi kepribadian seluruh kaum muslimin. Larangan melakukan kerusakan bukan hanya untuk menjaga keutuhan alam, tapi juga meng¬abadikan keindahan. Karena, Islam sangat memperhatikan keindahan. Rasulullah saw ber¬sabda, "Allah itu indah dan menyukai keindahan," (HR Muslim).
Keindahan sangat identik dengan keber¬sihan. Dalam perspektif Islam, kebersihan merupakan hal yang sangat pen¬ting dan mendapat perhatian besar. Ketika Rasulullah saw mendapat perintah untuk mendakwahkan risalahnya, beliau juga diperintahkan untuk member¬sihkan pakaian¬nya. Allah berfir¬man, "Dan pakai¬anmu bersihkan¬lah," (QS al-Mud¬datstsir: 4). Islam juga menjadikan kebersihan bagian dari kesem¬purnaan iman. "Kebersihan sebagian dari iman," (HR Muslim).
Begitu besar perhatian Islam terhadap keber¬sihan, sehingga nyaris setiap pembahasan fiqh, kebersihan menjadi bab pertama yang dibahas. Ketika seorang hamba yang ingin menghadap Allah pun harus dalam keadaan bersih dan suci dengan cars berwudhu.
Dalam mengaplikasikan kebersihan ini, se¬mua elemen masyarakat harus terlibat. Peme¬rintah selaku penguasa dan yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kenyamanan masyarakat harus berada di gerbang terdepan. Program kebersihan harus menjadi isu nasional yang direndanakan secara sistematis. Terkait dengan itu, alokasi dana yang bisa membantu terwujudnya program tersebut harus disediakan.
Pemerintah harus menjadikan wadana ke¬bersihan menjadi isu politik yang membuat seluruh elemen masyarakat tergerak hatinya untuk berlomba melaksanakan kebersihan. Jika perlu, kelayakan seseorang menjadi pemimpin ditimbang dengan seberapa besar kepedulian¬nya terhadap kebersihan. Konkretnya, bisa jadi seorang pemimpin diturunkan dari jabatannya karena tidak peduli dengan kebersihan.
Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap yang ia pimpin, pemerintah harus memberikan motivasi. Karenanya, penghargaan seperti piala Adipura, Adipraja atau Kalpataru hendaknya diprogramkan dengan baik. Para pejabat selayaknya talk segan-segan turun langsung ke daerah-daerah untuk memantau kebersihan warganya.
Media masa sebagai corong informasi harus turut mempublikasikan dan menghasung wadana kebersihan ini. Sehingga, kebersihan benar-benar menjadi isu nasional yang setara dengan isu politik. Dengan demikian, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan akan muncul. Harapan tersebut semakin cepat menjadi kenyatakaan jika kesadaran terbangun dari tiap-tiap individu. Tidak menunggu program dari atas, tapi mulai dari diri sendiri. Dari komunitas yang terkecil, yaitu keluarga. Bahkan kebersihan lingkungan harus menjadi prioritas. Sangat Ironic kalau ada orang yang mati¬ matian berbicara masalah kebersihan alam, kalau lingkungannya sendiri tidak bersih. Dan, lingkungan yang terkecil adalah rumah.
Kebersihan rumah dan penghuninya meru¬pakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Kenyamanan dalam sebuah rumah tangga akan terwujud jika kebersihannya terjamin. Berkenaan dengan kenyamanan di rumah, Rasulullah saw mengisyaratkan bahwa hal itu merupakan bentuk kebahagiaan dunia seseorang. Dalam haditsnya Rasulullah saw bersabda, "Ada empat hal yang menjadi cumber kebahagiaan. Istri yang shalihah, rumah yang luas, tetangga yang shalih, dan kendaraan yang nyaman," (HR Ibnu Hibban).
Rumah luas yang dimaksud Rasulullah saw mengandung makna kenyamanan. Karena tidak mungkin rumah yang luas tapi kotor akan memberikan kenyamanan. Dan, ketika berbicara tentang kenyamanan tentu tak bisa dipisahkan dengan kebersihan.
Menjaga kebersihan rumah mempunyai makna yang teramat luas. la bukan tugas pem¬bantu atau tukang sampah saja, tapi juga anggota keluarga lainnya. Seorang ayah, yang merupakan kepala rumah tangga, mestinya tak segan membersihkan kamar mandi atau menyapu lan¬tai. Sebaliknya, seorang ibu mempunyai tang¬gung jawab yang talk kalah besarnya terhadap kebersihan. Keluarga merupakan lingkungan so¬cial pertama dan kelompok utama yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang. Sedangkan dalam keluarga, ibu adalah orang yang paling banyak berinteraksi dengan anak. Dialah yang paling bertanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian, ke-biasaan, dan pendidikan sang anak. Penanam¬an kecintaan terhadap lingkungan hidup, ke¬sadaran akan bahaya pencemaran dan kerusak¬an alam, kebiasaan hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya, harus ditanamkan sejak dini.
Jika hal ini sudah disadari, kits boleh berharap kebersihan lingkungan akan terwujud. Dan, inilah yang akan melahirkan kebersihan hati. Jika tidak, bersiaplah tenggelam dalam kubangan sampah yang kian hari semakin tinggi. Semoga tidak.
Oleh : Hepi Andi